Laman

01 Maret 2024

Perjalanan ke Tokyo


 Ini adalah kunjungan pertama kali ke Tokyo, rencana awalnya menumpang Philippine Airlines yang terbang dari Jakarta tengah malam kemudian transit di Manila.

Loket check-in Philippine Airlines di Soekarno-Hatta

Alasan memilih Philippine Airlines adalah karena saya ingin mencoba menggunakan pesawat A321 untuk pertama kalinya walau saya sudah baca review bahwa transit di NAIA Manila itu tidak enak tapi yasudahlah. 

Ternyata ada kejadian tidak terduga, ketika pesawat hendak menuju landasan tiba-tiba pesawat kembali ke apron untuk pengecekan, rupanya ada masalah pada pesawatnya, entah apa itu. Singkat cerita saya kembali ke Terminal 3 dan penerbangan ke Tokyo diganti dengan All Nippon Airways (ANA) oleh pihak Philippine Airlines.


Armada A321 Philippine Airlines yang seharusnya membawa saya ke Manila


Sayang sekali padahal ingin mencoba terbang dengan A321 untuk pertama kalinya




Penerbangan ANA dari Jakarta ke Tokyo saat itu menggunakan armada B767-300ER dengan penerbangan langsung mencapai sekitar 7 jam 20 menit, untuk kualitas pelayanannya kurang lebih setara Garuda Indonesia.


Salah satu hidangan yang disajikan ANA dari Jakarta ke Tokyo

Mendarat di Narita



LRT Jabodebek

 Ini adalah LRT Jabodebek, sistem kereta ringan kedua yang hadir di Jakarta (dan sekitarnya, jika Aeromovel di TMII tidak masuk hitungan). Membentang dua jalur, dari Dukuh Atas ke Harjamukti dan Dukuh Atas ke Jatimulya, jalur LRT Jabodetabek mirip dengan LRT di Kuala Lumpur (Ampang Line dan Sri Petaling Line). 

Armada LRT Jabodebek di daerah Kuningan, Jakarta.

LRT Jabodebek menggunakan armada yang dibuat oleh PT Inka, pada awal pengoperasian hingga berbulan-bulan setelahnya seringkali terjadi gangguan dan frekuensi kedatangan kereta yang tergolong sangat sedikit untuk ukuran LRT, malah terasa seperti kereta lokal/kommuter dibanding LRT karena waktu tunggunya yang lama.